Perjalanan Ku Menemukan Beastudi Etos dan Undip
Oleh: Saftia Wulandari
@ corner asetri,
semarang, 10 november 2012
Kisah
perjalanan mencari sebuah jalan keberhasilan di Beastudi Etos dan UNDIP
Lulus
SMA? Setelah itu mau kemana? Pertanyaan itu adalah sesuatu yang membuat dilema.
Termasuk aku. Ketika aku sudah lulus Ujian Nasional. Aku bingung mau
melanjutkan kemana. Walaupun sudah ada rencana dan cita-cita waktu ku kecil
bahwa aku akan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, tetapi setelah tiba
masanya, hal itu membuat tak tenang dan bingung. Melanjutkan ke perguruan
tinggi bagi keluarga yang kurang beruntung seperti aku memang harus
berpikir-pikir ulang, karena membutuhkan biaya yang lumayan besar.
“Berprestasi
di tengah keterbatasan adalah sebuah kepahlawanan dalam bentuk lain”, sebuah
kalimat yang menjadi tantangan bagi aku. Aku yakin, walaupun di tengah
keterbatasan keluargaku, Allah telah menetapkan jalan hambaNya masing-masing.
Aku akan menunjukkan pada dunia bahwa orang yang kurang beruntung pun bisa
menggapai cita-citanya, tidak hanya orang yang berpunya saja yang bisa
melanjutkan ke
perguruan tinggi. Aku tidak akan menenggalamkan cita-citaku
hanya karena keterbatasan keluargaku.
Untuk
mencapai cita-citaku tentulah harus dibarengi dengan ikhtiar yang sesungguhnya.
Begitu pula dengan ku, untuk bisa melanjutkan ke perguruan tinggi aku harus
berusaha bagaimana aku bisa melanjutkan ke perguruan tinggi, mulai dari mencari
info beasiswa hingga aku mencoba mendaftarnya. Tak lupa ini yang menjadi
senjata andalanku, ridha orang tua. Awalnya memang orang tua tidak menghendaki aku
melanjutkan ke perguruan tinggi, karena memang bapak hanya bekerja sebagai
tukang kayu yang orderannya tidak pasti, dan ibu hanyalah buruh batik di rumah.
Tetapi dengan segala cara aku meyakinkan orang tua bahwa aku bisa melanjutkan
ke perguruan tinggi Lambat laun orang tua luluh dan meridhaiku, dengan
kepasrahan orang tua, aku selalu memohon agar selalu mendoakan aku agar diberi
kemudahan dan kelancaran untuk mencapai cita-citaku.
Perjalanan
berliku dan berduri pernah aku lalui untuk mencapai cita-citaku. Aku pernah
mencoba mendaftar beasiswa “ITB untuk semua”, beasiswa yang ditawarkan dari
perguruan tinggi ITB. Aku mengikuti PPMB 2010 ITB tingkat Daerah di Magelang.
Aku sangat berharap mendapatkan beasiswa tersebut karena 100% free. Bebas biaya
apapun. Di asramakan pula. Persyaratan beasiswa segera ku lengkapi dan ku kirim
untuk mendapatkan nomor formulir. Bersama teman SMA ku, Ivoni, pergi ke
Magelang tepatnya di SMA Taruna Magelang, disana tak punya sanak saudara untuk
bisa kita tumpangi bermalam, dan akhirnya menginap di rumah temen murabbiyah
kita. 3 hari di Magelang, menghadapi soal-soal yang lumayan memutar otak. Berhadapan
dengan temen-teman yang luar biasa, walaupun agak grogi tetapi aku PD saja.
Ujian kulalui dengan lancar. 3 minggu kemudian pengumuman. Ku buka pengumuman
di web. Mulai kuketik namaku, Saftia Wulandari. Hatiku berdengup kencang,
loading yang lumayan lama, akhirnya muncul “ ANDA BELUM KETERIMA MENJADI
MAHASISWA ITB”. Deg,,,, jantungku seperti berhenti seketika, tubuhku seperti
runtuh terkena bangunan. Air mata keluar dari ujung mataku. Ku coba mengulangi
membacanya, benar aku belum keterima.
Sesampai dirumah
aku langsung bercerita kepada orangtua. Orangtua menasehati, “Nduk, mungkin itu
belum rejekimu, Allah mempunyai rencana yang lebih baik bagi setiap hambaNya”.
Nasehat itu membuka pikiranku lebih luas. Mas ku pun juga menasehati seperti
itu. Bahwa rencana Allah itu lebih indah daripada rencana hambaNya. Aku tak
boleh larut dalam kegagalanku. Kegagalanku ini adalah awal kesuksesanku.
JJJ
Langkah awalku
belum di ridhai Allah. Ku mencoba menapaki langkah kedua. Tetapi saat itu aku
bingung, langkah kedua apa yang akan aku tapaki. Di tengah kebingunganku, tetanggaku
mbak Uswah (yang sekarang menjadi pendamping Etos Semarang) memberiku jalan
keluar. Beliau menawarkanku untuk mencoba mendaftar beastudi Etos.
“ Nduk, di Undip
ada beasiswa, beastudi Etos, coba browsing
di internet”, tawaran beliau.
Hemm,,, jalan
keluar yang harus ku coba. aku tidak boleh mensia-siakan kesempatan yang ada di
depan mata. Aku mencoba mencari info beastudi Etos, bertanya sama guru BK, tetapi
beliau mengarahkan untuk ikut bidik misi. Belum puas dengan keterangan dari guru
BK, akhirnya aku coba browsing internet.
Kuketik “BEASISWA ETOS” , membaca dengan penuh semangat. Subhanallah laman
beastudi Etos banyak sekali, aku membacanya satu per satu. Aku menemukan satu
yang terupdate. Beastudi Etos menawarkan fasilitas yang menurutku akan sangat
bermanfaat dan memiliki nilai plus. Mulai dari fasilitas asrama 3 tahun, uang
saku tiap bulan, uang masuk PTN ditanggung Etos, SPP semester 1 dan 2, serta
yang paling menarik adalah pembinaan yang meliputi 4 domain, yaitu pembinaan
agama, akademik, social dan pengembangan diri.
Ku pelajari
beasiswa itu, dengan yakin aku memohon doa restu kepada orangtua.
“Mak, Pak, saya mau
mencoba daftar beastudi Etos, mohon doa restunya”, pintaku.
“Iya ngger, mak’e pak’e hanya bisa mendoakan
saja, semoga diberi kelancaran dan kemudahan, dan semoga Allah memberikan yang
terbaik,” doa orangtua.
Kulengkapi persyaratan
beastudi Etos, mulai dari mengisi formulir beasiswa, menandatangani akad
beastudi etos, surat keterangan kurang mampu dari ketua RT/ kelurahan, surat
penghasilan orangtua dari ketua RT/ DKM setempat, fotokopi raport SMA semester
1-5, membuat tulisan tentang kisah perjalanan hidup, foto rumah dan lainnya. Aku
dibantu mamak saat melengkapi surat-surat tersebut. Dalam waktu 2 hari aku
harus bisa mengirimkan ke panitia daerah Semarang. Persyaratan yang masih
membuat aku kelabakan adalah foto rumah. Aku meminjam hp kamera tetanggaku,
mbak Indah. Sore harinya dianter mbak Indah ke afdruk foto. Hemmm,,, di afdruk
foto menunggu hampir satu jam-an. Pulangnya hujan deres, harus menunggu lagi
satu jam-an. Sesuatu yang harus dihadapi dengan penuh kesabaran.
Keesok harinya aku
pergi ke sekolah, berencana setelah dari sekolah pergi ke kantor pos. Saat di
sekolah aku mencoba mengajak temanku daftar beastudi Etos, tetapi karena
deadline pengumpulannya tinggal 1 hari, akhirnya temen-temenku tidak mau.
Pulang sekolah aku pergi ke kantor pos besar Surakarta, awalnya mengajak temenku
untuk mengantar ke kantor pos, tetapi mereka tidak bisa. Sebenarnya ada rasa
takut saat pergi sendirian, tetapi demi mendapatkan beastudi etos aku
memberanikan diri pergi ke kantor pos sendirian. Keluar dari kantor pos, awan
hitam menyelimuti langit, petir menyambar-nyambar, semakin membuat takut. Tanpa
berpikir panjang, aku segera mengetop angkutan kota agar tidak kejebak hujan di
kantor pos. Di perjalanan menuju terminal Palur hujan turun begitu deras. Hari
semakin sore tetapi hujan belum juga reda, aku putuskan untuk segera naik bis
Solo-Sragen. Bis nya harus ngetime dulu hampir setengah jam. Hemmm, dinginnya
hujan membuat perut semakin lapar. Setelah setengah jam bisnya melaju dengan
lumayan kencang, Alhamdulillah dalam hati. Sampai di halte Gronong, hujan belum
juga reda.
“Hari hampir
menjelang magrib, apabila aku tidak nekad pulang akan kemalaman,” pikirku.
Akhirnya aku memberanikan diri menerjang hujan dengan sepeda miniku tanpa
pelindung mantel, tetapi aku melindungi buku-buku ku dengan plastik. Hujan
semakin deras, dan jalan pun begitu sepi. Tiba-tiba di tengah perjalanan
sepanjang persawahan, ada truk melaju kencang, karena sudah mulai gelap truk
tersebut menyempretku dari belakang. Alhamdulillah hanya terkena tanganku. Aku
sangat kaget. Ku coba menenangkan diri agar bisa melanjutkan perjalanan sampai
di rumah.
JJJ
Ya, kembali ke kisahku
ketika mendaftar beastudi Etos.
Kira-kira satu
bulan setelah aku mengirimkan berkas persyaratan Etos, akhirnya ada pengumuman.
Alhamdulillah aku lolos seleksi tahap
pertama yaitu administrasi. Temanku, Ina juga lolos seleksi tahap awal. Hemmm,
awal keberhasilan yang baik semoga akan diikuti keberhasilan-keberhasilan yang
lain. Tahap selanjutnya adalah aku dan Ina harus wawancara dan tes tertulis ke
panitia daerah yaitu Semarang. Aku dan Ina pergi ke Semarang bersama dengan
mbak Uswah.
Sesampainya di
Semarang, mbak Uswah mengajak aku dan Ina mampir ke wismanya. Kita disana
berkenalan dengan teman-teman mbak Uswah. Setelah beristirahat beberapa menit,
mbak Uswah mengantarkan aku dan Ina menuju ke asrama Etos Semarang untuk
wawancara dan tes tertulis. Naik motor bertiga alias telon, dianter mbak Uswah,
mencari asrama putra penuh pengorbanan karena harus muter-muter di gang
Iwenisari. Mbak Uswah ternyata juga belum mengetahui asrama putra dimana. Dari
gang Iwenisari sebenarnya kita sudah belok ke kiri, tetapi karena asrama putra
di paling pojok dan tidak terlihat akhirnya kita balik lagi. Kita muter lagi
tetapi tidak ketemu, akhirnya mbak Uswah telepon mbak Intan. Hemm,,, padahal
kita sudah muter 2 kali, eeee ternyata tinggal belok dikit sudah sampai.
Alhamdulillah sampai
di asrama putra dengan selamat, bertemu dengan pendaftar yang datang dari
berbagai kabupaten di Jawa Tengah. Beberapa menit kemudian mbak Uswah pamitan
dulu mau ngaji.
“Nduk, mbak Us mau
ngaji dulu ya, nanti kalau sudah selesai sms aja”, pesen mbak Uswah sambil
pamitan.
“Iya mbak”, jawabku
dan Ina.
Disambut hangat
oleh kakak panitia seleksi Etos. Saat itu aku berkenalan dengan mbak Listya,
mbak Iim (yang sekarang ku memanggilnya teh iim), mbak Ani, mas Nandar, mbak
Ima, dll. Sebelum wawancara, aku dan Ina tes tertulis dahulu. Didampingi kakak
panitia seleksi Etos kita mengerjakan dengan sungguh-sungguh. Sebelum soal
dibagikan, dalam bayanganku soalnya sulit dan berkutat tentang mata pelajaran,
tetapi setelah aku baca soalnya, hemmm,,,, ternyata tentang pengetahuan agama.
Jauh dari perkiraanku. Setelah selesai mengerjakan, sambil menunggu giliran wawancara,
aku berkenalan dengan lainnya. Aku langsung akrab dengan Novi dari Tegal,
Muthma dari Kebumen, dan 2 teman lagi, tetapi lupa namanya. Di tengah lamanya
menunggu giliran wawancara, aku, Ina dan teman-teman pergi mencari makan,
karena perut keroncongan. Rintik-rintik hujan mengantarkan kita menuju ke
warung makan. Ina dan Novi beli nasi rames. Aku dan mbak Muthma membeli bubur
kacang ijo. Makan di tempat. Saat membayar aku agak tercengang.
“Berapa bang?”,
tanyaku.
“Satu mangkoknya
lima ribu mbak?”, jawab abang penjual bubur kacang ijo.
“Upst,,,,
mahalnya,” (jawabku dalam hati). Tercengang karena yang biasanya dirumah seribu
dapat, tetapi di kota subhanallah lumayan mahal.
Jarum jam telah
menunjukkan pukul 15.00. Kita kembali ke asrama putra. Sampai disana ya masih
ada sekitar 5 pendaftar yang mengantri wawancara. Kita kemudian sholat, setelah
sholat kita bercerita tentang daerahnya masing-masing, canda tawa mengelangi
cerita kita. Aku senang sekali kedua kalinya ke Semarang langsung mendapatkan
kenalan teman baru.
Tibalah giliranku
wawancara. Aku diwawancarai oleh mbak Iim, pendamping asrama. Banyak pertanyaan
yang beliau tanyakan. Pertanyaannya seputar kehidupan kita, mulai dari
bagaimana keluargaku, keadaan keluargaku, punya saudara berapa, tujuan
melanjutkan kuliah, motivasi mendaftar Etos, dll. Aku menjawabnya dengan mantap
dan padat. Jawaban yang keluar dari mulutku mengalir seperti air yang mengikuti
arusnya. Ditengah uraian jawaban, aku meneteskan air mata, karena mengenang
pengorbanan orangtua dan kakakku yang luar biasa. Cukup lama aku diwawancarai,
hampir satu jam-an. Di akhir wawancara mbak Iim menyemangatiku.
“Dek, apapun
hasilnya nanti, semoga Allah memberikan yang terbaik untukmu, di tengah
keterbatasan kita, jangan pernah putus asa”, kata mbak Iim dengan penuh
semangat.
“Iya mbak,
terimakasih”, jawabku dengan penuh semangat dan senyum sambil berjabat tangan.
Sambil keluar dari
ruang wawancara, aku berjalan dengan langkah yang tegap dan pasti. Aku mendapatkan
semangat dan motivasi baru. Dengan penuh keyakinan aku pasti bisa melanjutkan
ke perguruan tinggi dan insyaallah aku bisa mendapatkan beastudi Etos.
Pukul 17.00 aku dan
Ina selesai wawancara. Kita berpamitan dengan kakak panitia seleksi Etos. Memang
saat itu aku melihat kakak penerima beasiswa Etos berbeda dengan mahasiswa
lainnya. Kemudian Aku dan Ina menghubungi mbak Uswah.
“Mbak Us, kita
sudah selesai wawancaranya. Kita langsung balik ke Sragen mbak”, isi smsnya.
“Sudah jam 5-an
nduk, ndak nginep di wismanya Mbak Us dulu”, balas mbak Us.
“Tidak mbak, terima
kasih, langsung aja mbak”, balas kita lagi.
Akhirnya aku dan
Ina nekad pulang ke Sragen pukul 17.00 lebih. Dianter mbak Us sampai Sukun.
Menikmati perjalanan sepanjang Solo Semarang dimalam hari. Kita sampai di
Sragen pukul 20.00.
JJJ
Hari berganti hari.
Tibalah pendaftaran SNMPTN. Pendaftarannya menggunakan biaya Rp 150.000,- untuk
jalur IPA. Uang Rp 150.000,- memang tak
besar bagi sebagian besar teman-teman SMA ku, tetapi bagiku dan keluargaku
butuh beberapa waktu untuk mengumpulkan uang itu. Karena saat itu orangtua
sedang tidak ada uang, aku terpaksa harus memecah celenganku. Aku menjatuhkan
pilihan ke Universitas Diponegoro. Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Peternakan.
Ujian SNMPTN telah
tiba. Aku mendapatkan tempat di gedung Fakultas Kedokteran prodi Psikologi
(daerah Panggung, Solo). Semangat pagi dan ridha orangtua mengantarkanku sampai
di tempat. Kusambut teman-temanku dengan senyum semangat. Memulai mengerjakan
dengan basmallah. Hemmm,,, saat aku mengerjakan aku merasa sangatlah tenang.
Aku mengerjakan soal yang memang aku kuasai. Lainnya yang tidak aku kuasai aku
tinggalkan. Tes SNMPTN selama 2 hari aku lalui dengan tenang dan lancar. Aku
telah berusaha semampuku, untuk hasil aku telah menyerahkan semuanya kepada
yang diatas, Allah swt.
Sebulan menunggu
pengumuman SNMPTN. Disamping menunggu pengumuman SNMPTN, aku menunggu
pengumuman tahap wawancara dari Etos. Alhamdulillah aku lolos seleksi tahap
kedua yaitu wawancara. Usahaku ke Semarang tidak sia-sia. Aku masuk Home visit
yaitu kunjung ke rumah.
Aku tidak tahu
kapan pihak panitia melakukan home visit. Aku lupa hari apa (kalau tidak salah
hari Ahad, tanggal 4 Juli 2010) panitia melakukan home visit. Saat aku sedang
outbound muslimah ke Kemuning, Karanganyar panitia meneleponku.
“Assalamu’alaikum…
dengan dek Saftia, pendaftar beastudi Etos?”, tanya panitia di balik telepon.
“Wa’alaikumussalam.,,
iya Kak. Dengan siapa ya?”, jawabku.
“Dek, saya Pak Pariman,
panitia seleksi Etos, mau melakukan home visit, ada dirumah ndak ya?”, tanya
beliau.
“Maaf bapak, saya
sedang tidak ada di rumah. Saya masih outbound dan pulangnya sekitar pukul
12-an. Bagaimana bapak?”, jawabku.
“Oooo,,,, iya,
insyaallah masih nanti sore, ini masih di Klaten’, sahut beliau.
“Iya Pak”, jawabku.
Setelah menikmati
outbound bersama teman-teman. Luar biasa. Tepat pukul 12.30 aku pulang ke
rumah. Sore harinya aku menyempatkan mengajar TPA. Ditengah aku mengajar, mamak
memanggilku. Pihak panitia telah datang untuk home visit. Pak Pariman
menanyakan tentang keadaan rumah dan lainnya. Setelah melakukan home visit
kerumah ku, beliau juga ke rumah Ina. Ternyata beliau Pak Pariman rumahnya di
Sukodono, Sragen. Hemmm,,, pantes sedikit tahu daerah sini.
JJJ

Kesempatanku untuk
melanjutkan ke perguruan tinggi semakin terbuka lebar. Aku lolos SNMPTN dan
telah masuk seleksi home visit beastudi Etos. Saat-saat itulah yang semakin
membuatku bingung dan gelisah. Aku telah lolos SNMPTN, tetapi aku belum tentu
lolos beastudi Etos, bagaimana aku membayar biaya kuliah ini bila nanti aku
tidak dapat beasiswa itu?
Penutupan
pembayaran uang registrasi sebentar lagi, 2 hari lagi. Pihak Etos belum juga memberi
informasi lebih lanjut. Aku semakin bingung. Pikiranku tak karuan. Sempat
muncul pemikiran aku akan melepaskannya. Saat itu, H-2 penutupan pembayaran,
aku menelepon mas ku yang ada di Maluku.
“Mas, bagaimana
ini, tinggal 2 hari lagi penutupan pembayaran uang registrasi, apakah saya akan
melanjutkan atau melepasnya mas?”, tanyaku.
“Lha, dari Etos
sudah ada infomasi belum?, kalau memang dari Etos tidak ada pengumuman lagi dan
ngambang seperti ini dilepas saja nduk. Mas’e sedang tidak ada uang. Kalau
memang Etos tak pasti nanti nyoba tahun depan”, jelas mas ku.
“Ini juga baru
menunggu mas, coba nanti saya telepon ke pihak Etos”, jawabku memberi
kepastian.
Saat itu aku
benar-benar seperti telur diujung tanduk. Tanpa berpikir panjang aku menelepon
pihak Etos.
“Assalamu’alaikum,,,
kak, maaf saya keterima Etos ndak ya, kok belum ada informasi lebih lanjut?”, tanyaku
dengan nada sedikit tinggi.
“Wa’alaikumussalam,
maaf dek,,, kami belum bisa memberi kepastian. Karena memang belum ada keputusan
dari pusat”, jawab panitia seleksi Etos di seberang telepon dengan tenang.
“Kak, kalau memang
seperti itu, yaudah. Terimakasih”, jawabku dengan semakin sedih. Aku semakin
sedih mendapatkan jawaban itu. Pikiranku kemana-mana. Apakah aku benar-benar
harus menenggelamkan cita-citaku saat jalan menuju cita-citaku semakin dekat.
Sore hari aku memutuskan untuk mengundurkan diri dari Etos, aku mengirimkan sms
ke pihak Etos “KAK, MAAF SEKALI SAYA HARUS MENGUNDURKAN DIRI DARI BEASTUDI
ETOS”. Dan aku akan melepas Undip. Aku dibuatnya tambah sedih lagi ketika aku
sms seperti itu, tidak ada respon apapun dari pihak Etos.
Sore harinya mbak
Uswah meneleponku.
“Nduk, gimana
hasilnya?”, tanya beliau.
“Alhamdulillah mbak
keterima di Fakultas Peternakan, tetapi mbak saya melepasnya”, jawabku dengan
nada rendah.
“Lho, lha kenapa?
Tentang masa depan, masa depan itu sudah diatur Allah swt nduk, walaupun di
Fakultas Peternakan tidak apa-apa, diambil saja, kasihan temen-temanmu yang
memang sangat mengharapkan bisa lolos SNMPTN tetapi belum bisa”, nasehat
beliau.
“Tidak masalah mbak,
saya senang mbak bisa keterima di Fakultas Peternakan, tetapi saya bingung mbak
tinggal 2 hari lagi penutupan pembayaran registrasi. Pihak Etos belum ada
informasi lebih lanjut, dan saya tidak ada uang mbak”, jawabku dan tak sadar
meneteskan airmata.
“Ooo, masalah itu.
Pokoknya jangan melepas apa yang telah Allah berikan nduk. Insyaallah mbak Us
dan teman-teman mbak Us bisa bantu nduk. Minta no hp nya Lek Jum ya”, jelas
beliau dengan meyakinkanku.
“Iya mbak, ada.
Terima kasih mbak. Tetapi mbak, saya sudah terlanjur memutuskan mengundurkan
diri dari Etos”, jawabku.
“Tidak apa-apa,
biar mbak Us yang ngomong sama pihak Etos”, jawab beliau.
“Terima kasih
mbak”, jawabku dengan sedikit harapan.
Setelah mendapat
nasehat dari mbak Uswah, harapan yang hampir pupus itu kembali menyapaku. Aku
mencoba menyakinkan akan harapan itu. Malam harinya aku mendapatkan sms dari
pihak Etos, “SELAMAT, SAFTIA WULANDARI KETERIMA BEASTUDI ETOS”. Alhamdulillah,
sujud syukur kulakukan seketika membuka sms itu. Subhanallah Allah memang akan
selalu memberi yang terbaik untuk hambaNya. Rencana Allah lebih indah daripada
rencana hambaNya. Aku bersyukur kepada Allah swt, berterimakasih kepada bapak
ibu yang telah mendoakanku, dan kakakku yang selalu memotivasiku.
Satu hal yang masih
mengganjal adalah bagaimana aku bisa membayar uang registrasi. Harapan yang
telah mbak Uswah katakan selalu membayang-bayangiku, semuanya pasti ada
jalannya. Aku keterima di Undip, di Fakultas Peternakan dan keterima di Etos,
adalah pemberian Allah yang luar biasa, dan Allah telah mengatur jalannya.
Uang pembayaran
registrasi sebesar Rp 4.950.000,- memang sangat besar bagiku. Bukan hanya butuh
waktu 1 bulan saja tetapi mungkin 4-5 bulan aku dan keluargaku bisa mengumpulkannya.
Mbak Uswah menelepon mas ku yang ada di Maluku. Memastikan mas ku ada uang untuk
membayarku. Alhamdulillah mas ku ada uang Rp 2.000.000,-. Kemudian mbak Uswah
meneleponku.
“Nduk, besuk bisa
tidak bisa ke Semarang. Insyaallah teman-teman sini bisa membantu. Berani tho
ke Semarang sendirian?, tar mbak Us jemput di Sukun”, pinta beliau.
“Insyaallah mbak”,
jawabku.
Keesok harinya aku
berangkat ke Semarang sendirian tanpa seorang teman. Aku meminta restu
orangtua. Bekalku hanyalah keberanian dan restu orangtua. Diperjalanan selalu
ada rasa was-was takut kebablasan. Alhamdulillah aku sampai di Semarang dengan
selamat. Mbak Uswah menjemputku di Sukun. Kemudian mbak Uswah meminjam ATM mbak
Intan, untuk mengambil uang dari mas ku. Aku diantarkan mbak Uswah ke asrama
putri Etos untuk meminjam uang dari pihak Etos untuk melengkapi pembayaran
registrasi. Bertemu dengan mbak Fiah, pendamping Etos, dan kakak-kakak Etos
lainnya. Saat itu juga aku ketemu dengan Etoser baru, namanya Astri, dan Siti.
Astri memang sudah beberapa hari disitu. Siti nasibnya sepertiku. Ia juga
meminjam dari pihak Etos untuk registrasinya. Setelah melakukan akad dengan
mbak Fiah. Mbak Uswah mengantarkan aku dan Siti ke Bank Mandiri untuk melakukan
pembayaran registrasi. Mbak Uswah juga mendampingiku dan Siti untuk melakukan
registrasi online. Registrasi online-nya loadingnya lumayan lama. Alhamdulillah
walaupun lama, akhirnya selesai juga.
Aku senang sekali
dan bersyukur kepada Allah selalu memberi jalan kepada hamba-hamba-Nya. Sore
hari, setelah selesai semuanya, aku pamit pulang. Mbak Uswah mengantarkanku ke
Sukun. Kedua kalinya aku perjalanan Semarang-Solo sendirian. Tetapi sekarang
aku sudah mulai terbiasa.
JJJ
Tiba waktunya aku
harus meninggalkan rumah dan berhijrah menuntut ilmu di ibukota Jawa Tengah, ke
Semarang. Aku pergi ke Semarang, diantar oleh keponakanku, mas David. Aku
berjanji pada diriku sendiri dan orangtuaku, aku akan belajar dengan rajin dan
akan membahagiakan orangtua.
JJJ
Kini aku telah
menemukan jalan untuk mencapai cita-citaku. Di Etos kini aku mendapatkan keluarga kedua setelah keluarga di rumah. Di
asrama Etos aku mendapatkan sesuatu yang luar biasa, ukhuwah, kebersamaan, dan
kekeluargaan. Dengan pembinaan setiap harinya, tiap pekanannya, tiap bulannya,
bahkan tiap tahunnya memberikan sesuatu yang berharga bagiku. Asrama Etos
seperti laboratorium yang banyak memberi dan berperan dalam pengembangan diri
bagiku, laboratorium untuk menjadi seorang yang selain cerdas akademis juga
aktivis serta ruhiyahnya. Aku bangga menjadi Etoser.
JJJ
Ya Allah aku sangat
bersyukur kepada Engkau yang telah memberikan semuanya bagiku. Terimakasih ku ucapkan
kepada Ibu dan bapak yang selalu mendoakan dan menridhai anakmu, kakak-kakakku
(mas dan mbak ku) yang selalu memotivasi adikmu, keponakanku yang selalu
membantuku kala ku susah, mbak Uswah yang membantuku menemukan Etos, mbak Intan
yang telah meminjamkan ATM nya, teman-teman SMA ku yang selalu memotivasiku,
keluarga besar ku yang selalu memotivasiku pula, keluarga besar Etos Semarang
yang telah memberiku banyak inspirasi (teh Iim, Pak Efendi, Pak P-Men, Pak
Agus, and all Etoser) dan semuanya sahabatku.
I LOVE MY FAMILY IN
ETOS SEMARANG……. J
Etos,,,,, More Than
Excellent
Etos Semarang,
Yakin Bisa Pasti Bisa, Jujur, Disiplin, dan Kerja Keras……
Salam Semangat
Seiring Senyum……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar