Kita tahu bahwa tak seorang pun lahir ke dunia ini langsung pintar. Walaupun ia seorang putra dari seorang profesor, dokter dan lainnya. Semua makhluk hidup, lahir dalam keadaan lemah, tak berdaya, dan tidak mengerti apa-apa. Terkecuali kisah Nabi Isa, dimana ia memiliki mukjizat dapat berbicara meski ia masih di buaian ibunya. Orang-orang besar yang kita jumpai sekarang semuanya berangkat dari ketidaktahuan. Semua berawal dari tidak mengerti apa-apa. Telah dijelaskan dalam QS. An-Nahl: 78 yang artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahi sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
Berawal dari ketidaktahuan maka kita hidup di dunia ini membutuhkan sebuah keteladanan, keteladan dalam berbuat baik. Sering dalam hidup kita berbicara tentang keteladanan. Keteladanan, suatu kata simple, mudah, namun masih jarang kita kerjakan atau dapatkan di masa-masa sekarang. Keteladan sangatlah kita butuhkan di semua sisi kehidupan, baik berkaitan dengan diri sendiri, keluarga, lingkungan sekitar, sekolah, masyarakat, umat, negara dan bangsa. Tetapi dewasa ini, keteladan sudah mulai berkurang sehingga tatanan negara, bangsa, umat, dan keluarga akhir-akhir menjadi bobrok, terpuruk bahkan dikatakan sangat buruknya.
“Barang siapa yang memberikan contoh yang baik dalam Islam maka baginya pahala atas perbuatan baiknya dan pahala orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tidak menghalangi pahala orang-orang yang mengikutinya sedikitpun. Dan barang siapa yang memberikan contoh yang buruk didalam Islam maka baginya dosa atas perbuatannya dan dosa orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tanpa mengurangi sedikitpun dosa orang-orang yang mengikutinya” (HR Muslim)
Belajar dari hadist diatas, kita lebih tahu arti lain dari sebuah keteladanan. Keteladanan diartikan sama dengan investasi jangka panjang yang sangat penting. Memberi teladan yang baik, sama artinya menabung untuk hari esok di akhirat dengan tabungan yang tanpa batas. Selama orang lain masih mengikuti contoh yang telah diberikan, maka selama itu orang yang memberi contoh tersebut mendapatkan balasan kebaikannya. Bahkan, seluruh kebaikan yang kita lakukan, tidak lain adalah tabungan yang kita simpan di sisi Allah, yang akan dikembalikan secara utuh.
Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an, yang artinya, "Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapatkan pahalanya di sisiAllah." (QS. Al-Baqarah: 110).
Keteladan bagi kita sangatlah penting, karena dengan keteladan seorang ayah dan ibu yang baik, maka sang anak bisa menjadi anak yang shaleh, berbakti dan mampu menyenangkan kedua orangtuanya. Karena keteladanan seorang guru dan pengajar, seorang murid mampu dididik menjadi pelajar yang tidak hanya pintar dalam hal akademi namun berbudi luhur. Karena keteladanan seorang pimpinan di instansi, seorang bawahan akan mengerti cara-cara bekerja yang baik dan efektif untuk melayani kepentingan masyrakat. Karena keteladanan pulalah dari seorang dai , umat akan merasakan langsung aplikasi dari semua ceramah ataupun taujih yang telah disampaikan oleh dai tersebut. Karena keteladanan pulalah dari seorang pemimpin, maka rakyat akan bersemangat dalam membangun bangsanya menyongsong pembangunan di era sekarang. Terkadang, tidak dibutuhkan sesuatu yang sulit untuk memberi contoh kepada orang lain selain modal Keteladanan.
Sesudah semua uraian di atas, tinggallah bagaimana setiap kita memulai menjadi teladan yang baik, dalam lingkup apapun. Segalanya harus dimulai dari diri sendiri. Banyak cara untuk bisa menjadi teladan. Tetapi menjadi teladan, tidak sama dengan ingin menjadi segala-galanya. Menjadi teladan, artinya seseorang berusaha untuk memberikan contoh yang baik, dalam berbagai sisi kehidupan. Dengan tetapmenjaga kehormatan diri tanpa menyombongkan dan merendahkan diritanpa harus menghinakan. Teladan yang baik, tidak akan pernah bosan untuk membaca dan mengaca ke dalam dirinya sendiri. Bercermin pada hati nuraninya, sebagai cermin yang paling jujur serta memohon ridha dan taufik kepada Allah swt.
Marilah kita contoh kepada Junjungan kita, Rasulullah SAW, beliau tidak hanya mengajarkan para sahabatnya dan sampai kita sekarang dengan kata-kata belaka, tapi beliau sendiri langsung mempraktekkannya sendiri..Apa-apa yang beliau katakan adalah apa-apa yang beliau kerjakan langsung. Itu sebabnya kenapa ajaran Islam ini begitu berpengaruh dan mengakar kepada para sahabat-sahabat pilihan Rasul karena mereka sendiri saksi dari seorang yang menjadi Suri tauladan bagi mereka. Rasul memberikan keteladanan sebagai seorang pribadi muslim (tegas kepada kebenaran dan keadilan, lemah lembut kepada sesama muslim, namun bisa tegas ketika aqidahnya dipermainkan), juga bentuk keteladanan beliau sebagai seorang suami, seorang ayah, seorang dai, seorang pimpinan perang, seorang imam masjid dan keteladanan sebagai seorang pemimpin umat. Sungguh tidak ada bandingannya jika kita mencari seorang manusia sempurna, kecuali kita mendapati Rasul sebagai seorang sosok paripurna yang menjelaskan kepada kita bahwa keteladanan adalah salah satu kunci beliau dalam semua aspek.
Sebuah jargon yang dirintis dan menjadi cirri karakteristik Etoser 2010.
Sebuah kalimat yang begitu bermakna bagi Etoser 2010.
Sebuah ungkapan yang merupakan sebuah doa dan harapan untuk Etoser 2010.
_Itulah jargon Etoser 2010 yang selalu menjadi pengemangat kita. Sebelum terintis jargon “We are the master” kita telah menggemparkan setiap acara Etoa dengan jargon “Ready to be master”. Proses terbentuknya jargon yang satu ini melibatkan banyak inspirasi dari teman-teman Etoser 2010. Tanpa sadar tercetus jargon “Ready to be master”. Jargon tersebut sudah menjadi karakteristik Etoser 2010. Satu bulan jargon telah membekas dalam diri kita. Menjelang Penerimaan Etoser Baru 2010, saat kami ttelah bersiap dan pikiran terfokus dengan pensi, kita memboomingkan jargon “ Ready to be master” di jaringan dunia maya, facebook. Satu komentar yang sempat hanya dijadikan sebagai lelucon saja, tetapi setelah kita resapi bahwa benar juga apa yang dikomentarkan dengan jargon kita. Kakak kami mengomentari “Ready….terus, Kapan bertempurnya?”… Kemudian sebelum upacara Penerimaan Etoser Baru 2010 kami sepakat untuk mengubah dan memperbarui jargon kita. Berbagai inspirasi dan masukan teman-teman Etoser 2010 menbulatkan tekad dan tujuan kita. Akhirnya tercetuslah jargon yang akan selalu mewarnai kegembiraan, kebersamaan, ukhuwah dan kebahagiaan event-event Etos Semarang. Jargon yang kan selalu menggemparkan setiap event-event kita. Etoser 2010 “ We are the master”.
_Kadang dalam benak kita dan di sekeliling kita muncul sebuah pertanyaan yang sepele, “apa sih itu “the master”? …
_“We are the master”_ secara sekilas diartikan bahwa “kita adalah seorang master”. Etoser 2010 memiliki sebuah impian dan harapan dimana kita adalah seorang master. Master dalam bidangnya masing-masing sesuai dengan potensi dan kapasitas yang dimiliki dari setiap etoser, khususnya etoser 2010. “We are the master”, kitalah seorang pribadi sukses yang berprestasi ditengah keterbatasan yang berasal dari pribadi biasa menjadi luar biasa. Teringat akan sebuah kalimat yang tertuliskan di lembar buku “Zero to Hero” karya Bang Solikhin Abu ‘Izzuddin bahwa “Berprestasi di tengah keterbatasan adalah sebuah kepahlawanan dalam bentuk yang lain (HM. Anis Matta, Lc.). Kita yang awalnya biasa-biasa saja akan menjadi luar biasa karena kita Etoser. Yakin Bisa Pasti Bisa. Jujur, Disiplin dan Kerja Keras. Kita memiliki sebuah harapan akan menjadi seorang pahlawan yang sejati. Pahlawan sejati yang akan hadir untuk berkarya. Kita memiliki waktu yang sama. Sama sedikitnya. Yang berbeda bagaimana caranya mengelolanya, memanfaatkan dan mengisinya. Kita kan selalu berpikir untuk berkarya.
_Kita akui, kita orang biasa. Banyak keterbatasan, kekurangan, kelemahan, kegagalan, kemalasan de el el. Itu bukan masalah bagi kita. Bagaimana di tengah keterbatasan itu kita dahsyatkan diri agar lahir prestasi tinggi. Itulah kepahlawanan sejati. Pahlawan sejati yang akan menjdi karakteristik Etoser 2010. Pahlawan sejati yang sukses. Dimana bila kita ingin sukses, dibutuhkan sebuah keberanian yang mengharuskan kita untuk menghilangkan kata takut dari kamus kita. Berani sukses harus berani gagal. Berani unggul harus siap jatuh. Berani menang harus siap kalah. Kuncinya adalah berani, jangan takut melangkah dan buang kata “terpaksa” dari hidup kita.
_Kita Etoser 2010 “the master” adalah pahlawan sejati yang harus memiliki dan bersungguh-sungguh mewujudkan, tertanam dalam diri kita “Mudzakirat Syaikhut Tarbiyah K.H. Rahmat Abdullah _Tujuh Kata Kunci_”. Tujuh kata kunci untuk mendahsyatkan potensi diri yang biasa menjadi luar biasa, mendahsyatkan diri meraih prestasi luar biasa. Tujuh kata kunci itulah inspirasi yang harus kita tanamkan dalam diri kita, “the master” para pahlawan sejati, mujahid rabbani.
_Kita harus memiliki tujuh kata kunci yang merupakan pesan dari K.H. Rahmat Abdullah, yaitu:
-Atsbatuhun mauqiifan… yang paling kokoh atau tsabat sikapnya, dengan memiliki keteguhan prinsip dan kekokohan sikap.
-Arhabuhum shadran… yang paling lapang dadanya. Menjadi sukses bukan semata-mata berkibar di puncak prestasi, tetapi mampu menggunakan hati untuk melihat apa dan siapa di sekitar kita.
“Jadilah engkau seperti pohon mangga. Mereka melemparimu dengan batu tetapi engkau membalasnya dengan buah”.
-A’maquhun fikran… yang paling dalam pemikirannnya. Orang sukses, berprestasi luar biasa karena kedalaman pemikirannya mengambil pelajaran dan ibrah dari sekitarnya.
-Ausa’uhum nazharan… yang paling luas cara pandangnya. Open your self, open your eyes, open your heart, ketahuilah bahwa dunia bukan sesempit daun kelor. Open your eyes, heart, mind agar seluas lautan. Jadilah kita pribadi yang prestatif, dimanapun posisi kita.
-Ansyatuhum ‘amalan… yang paling rajin amal-amalnya. Menjadi pahlawan berarti berani memilih jalan. Jalan kesulitan, bukan jalan kemudahan. Menyukai tantangan. Tantangan terbesar kita adalah istiqomah dalam melangkah dan enjoy dalam dakwah dan ibadah. Keseriusan dan rajin itulah yang mengantarkan seseorang pada derajat mulia dengan surge sebagai balasannya. Sukses berarti menjadi terbaik dimanapun kondisinya, big is powerfull, medium is wonderfull, dan small is beautiful.
-Aslabuhum tanzhiman… yang paling solid penataan organisasinya, Kunci sukses adalah pengorganisasian kebaikan untuk kemenangan.
-Aktsaruhum naf’an… yang paling banyak manfaatnya.”Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya (HR. Tirmidzi).
1. (Kenapa aku diuji?)
Qur’an Menjawab: Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (Al Ankabuut: 2)
... 2. (Kenapa aku tidak diuji saja dengan hal-hal yang baik terus?)
Qur’an Menjawab: … boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Al Baqarah: 216)
3. (Kenapa aku diberi ujian seberat ini?)
Qur’an Menjawab: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Level Keimanan) ... (Al Baqarah: 286)
4. (Bolehkah aku frustasi dan minder ber-Islam?)
Qur’an Menjawab: Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (Ali Imron: 139)
5. (Bolehkah aku berputus asa?)
Qur’an Menjawab: … dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (Yusuf: 87)
6. (Bagaimana cara menghadapi ujian hidup ini?)
Qur’an Menjawab: Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (Al Baqarah: 45)
7. (Bagaimana menguatkan hatiku?)
Qur’an Menjawab: … Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal… (At Taubah: 129)
8. (Apa yang kudapat dari semua ujian ini?)
Qur’an Menjawab: Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka… (At Taubah: 111)