Selasa, Oktober 11

Qudwah Hasanah....

Keteladanan Kunci Pendidikan Sepanjang Masa
By: Saftia Wulandari

Kita tahu bahwa tak seorang pun lahir ke dunia ini langsung pintar. Walaupun ia seorang putra dari seorang profesor, dokter dan lainnya. Semua makhluk hidup, lahir dalam keadaan lemah, tak berdaya, dan tidak mengerti apa-apa. Terkecuali  kisah Nabi Isa, dimana ia memiliki mukjizat dapat berbicara meski ia masih di buaian ibunya. Orang-orang besar yang kita jumpai sekarang semuanya berangkat dari ketidaktahuan. Semua berawal dari tidak mengerti apa-apa. Telah dijelaskan dalam QS. An-Nahl: 78 yang artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahi sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
Berawal dari ketidaktahuan maka kita hidup di dunia ini membutuhkan sebuah keteladanan, keteladan dalam berbuat baik. Sering dalam hidup kita berbicara tentang keteladanan. Keteladanan, suatu kata simple, mudah, namun masih jarang kita kerjakan atau dapatkan di masa-masa sekarang. Keteladan sangatlah kita butuhkan di semua sisi kehidupan, baik berkaitan dengan diri sendiri, keluarga, lingkungan sekitar, sekolah, masyarakat, umat, negara dan bangsa. Tetapi dewasa ini, keteladan sudah mulai berkurang sehingga tatanan negara, bangsa, umat, dan keluarga akhir-akhir menjadi bobrok, terpuruk bahkan dikatakan sangat buruknya.
 “Barang siapa yang memberikan contoh yang baik dalam Islam maka baginya pahala atas perbuatan baiknya dan pahala orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tidak menghalangi pahala orang-orang yang mengikutinya sedikitpun. Dan barang siapa yang memberikan contoh yang buruk didalam Islam maka baginya dosa atas perbuatannya dan dosa orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tanpa mengurangi sedikitpun dosa orang-orang yang mengikutinya” (HR Muslim)
Belajar dari hadist diatas, kita lebih tahu arti lain dari sebuah keteladanan. Keteladanan diartikan sama dengan investasi jangka panjang yang sangat penting. Memberi teladan yang baik, sama artinya menabung untuk hari esok di akhirat dengan tabungan yang tanpa batas. Selama orang lain masih mengikuti contoh yang telah diberikan, maka selama itu orang yang memberi contoh tersebut mendapatkan balasan kebaikannya. Bahkan, seluruh kebaikan yang kita lakukan, tidak lain adalah tabungan yang kita simpan di sisi Allah, yang akan dikembalikan secara utuh.
Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an, yang artinya, "Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapatkan pahalanya di sisiAllah." (QS. Al-Baqarah: 110).
Keteladan bagi kita sangatlah penting, karena dengan keteladan seorang ayah dan ibu yang baik, maka sang anak bisa menjadi anak yang shaleh, berbakti dan mampu menyenangkan kedua orangtuanya. Karena keteladanan seorang guru dan pengajar, seorang murid mampu dididik menjadi pelajar yang tidak hanya pintar dalam hal akademi namun berbudi luhur. Karena keteladanan seorang pimpinan di instansi, seorang bawahan akan mengerti cara-cara bekerja yang baik dan efektif untuk melayani kepentingan masyrakat. Karena keteladanan pulalah dari seorang dai , umat akan merasakan langsung aplikasi dari semua ceramah ataupun taujih yang telah disampaikan oleh dai tersebut. Karena keteladanan pulalah dari seorang pemimpin, maka rakyat akan bersemangat dalam membangun bangsanya menyongsong pembangunan di era sekarang. Terkadang, tidak dibutuhkan sesuatu yang sulit untuk memberi contoh kepada orang lain selain modal Keteladanan.
Sesudah semua uraian di atas, tinggallah bagaimana setiap kita memulai menjadi teladan yang baik, dalam lingkup apapun. Segalanya harus dimulai dari diri sendiri. Banyak cara untuk bisa menjadi teladan. Tetapi menjadi teladan, tidak sama dengan ingin menjadi segala-galanya. Menjadi teladan, artinya seseorang berusaha untuk memberikan contoh yang baik, dalam  berbagai sisi kehidupan. Dengan tetapmenjaga kehormatan diri tanpa menyombongkan dan merendahkan diritanpa harus menghinakan. Teladan yang baik, tidak akan pernah bosan untuk membaca dan mengaca ke dalam dirinya sendiri. Bercermin pada hati nuraninya, sebagai cermin yang paling jujur serta memohon ridha dan taufik kepada Allah swt.
Marilah kita contoh kepada Junjungan kita, Rasulullah SAW, beliau tidak hanya mengajarkan para sahabatnya dan sampai kita sekarang dengan kata-kata belaka, tapi beliau sendiri langsung mempraktekkannya sendiri..Apa-apa yang beliau katakan adalah apa-apa yang beliau kerjakan langsung. Itu sebabnya kenapa ajaran Islam ini begitu berpengaruh dan mengakar kepada para sahabat-sahabat pilihan Rasul karena mereka sendiri saksi dari seorang yang menjadi Suri tauladan bagi mereka. Rasul memberikan keteladanan sebagai seorang pribadi muslim (tegas kepada kebenaran dan keadilan, lemah lembut kepada sesama muslim, namun bisa tegas ketika aqidahnya dipermainkan), juga bentuk keteladanan beliau sebagai seorang suami, seorang ayah, seorang dai, seorang pimpinan perang, seorang imam masjid dan keteladanan sebagai seorang pemimpin umat. Sungguh tidak ada bandingannya jika kita mencari seorang manusia sempurna, kecuali kita mendapati Rasul sebagai seorang sosok paripurna yang menjelaskan kepada kita bahwa keteladanan adalah salah satu kunci beliau dalam semua aspek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar